lagi memakai metode tambal sulam. Perlu
ada langkah-langkah strategic dan
komprehensif yang dibangun di atas riset
dan fakta.
Ketika menyoal pendidikan di Dunia Islam, kita kan menemukan fakta-fakta yang menjadi problem dasar macetnya tujuan-tujuan pendidikan.
Pertama, minimnya anggaran dana dan sarana pendidikan dari pemerintah. Di Indonesia misalnya, anggaran pendidikan pada tahun ......... hanya .....% dari total APBN. Di banyak negara Islam, alokasi dana untuk pendidikan hanya ibarat memperoleh `remah-remahnya' saja. Berbeda de¬ngan di negara-negara maju. anggaran pendidikan relatif lebih besar seiring dengan tingkat kemajuan ekonomi mereka.
Kedua, lemahnya SDM seiring dengan minimnya pendapatan guru. Hal ini sangat mempengaruhi kualitas pendidikan. Bagaimana mungkin seorang guru dapat concern mengajar jika harus mencari kerja sampingan guna memenuhi keperluan dapur. Tak heran jika para ilmuwan Indonesia enggan pulang ke tanah air setelah menyelesaikan studinya di Barat. Sebab. di sana mereka memperoleh gaji dan fasilitas yang ta’k mungkin mereka dapatkan di tanah air. Umat Islam jelas dirugikan. Gejala inlah yang disebut oleh Ustadz Anwar al-Jundi dengan istilah "Brain Drain", dimana cendekiawan muslim dicuci otaknya sehingga lalai dari memikirkan nasib umat.
Ketiga, kurikulum yang lemah dan tanpa orisinalitas. Kurikulum yang banyak diterapkan di dunia Islam, tidak disusun berdasarkan riset dan penelitian yang memadai. Di camping memerlukan pakar-pakar pendidikan yang kompeten di bidangnya masing-masing, patut diingat bahwa penyusunan kurikulum tidak bisa diterapkan secara merata di berbagai lembaga pendidikan. Perbe¬daan parameter dan variabel pendidikan, disamping kondisi social setempat juga harus mendapat perhatian. Orisinalitas kurikulum juga diperta¬nyakan. sebab umat begitu terbius pada segala yang berbau Barat. Hal itu tidak bermakna bahwa kita menutup pintu dialog dan iqtibas (mencontoh apa yang baik) dari Barat. Cuma, itu semua harus dilakukan secara kritis dan penuh harga diri, bukan dengan sikap rendah diri (inferiority complex). Dalam hal ini. Rasulullah saw sudah mempredik-sikan bahwa umat Islam akan meniru orang-o¬rang Yahudi dan Nashrani sedikit demi sedikit, bah¬kan kalau mereka masuk ke dalam lobang biawak, umat akan ikut (HR Bukhari 6/2669).
Keempat, virus Sekularisme yang berusaha memisahkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Pembagian antara 'ilmu umum' dan 'ilmu agama' wajar jika dimaksudkan sebagai klasifikasi dan pemetaan masalah. Salah jika dipahami sebagai dikotomi (pemisahan) yang memutuskan keterkaitan antara keduanya. Pemahaman ini merupakan filosofi dasar pendidikan yang sangat menentukan arah pemikiran anak didik dalam memandang kehidupan.
Lalu, apa yang harus kita lakukan? Tentu saja, kita tidak bisa mengajukan resep simpel untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang melilit dunia pendidikan kita. Yang perlu dilakukan adalah, bersama-sama memikirkan, merumuskan, mem¬publikasikan dan bekerja sama mewujudkan bangunan pendidikan yang islami dan modern. Dalam konteks itu, beberapa catatan berikut ini, dapat dijadikan pemantik dalam membangun total pendidikan umat.
Pertama, mengembalikan rumah sebagai sekolah pertama dan utama bagi anak. Di samping waktu yang lebih banyak, pendidikan di rumah berlangsung melalui interaksi cinta dan kasih sayang. Orang tua harus memegang peran utama dalam pendidikan anak, terutama yang berkaitan dengan agama dan moral. Hal ini dapat kita lihat dari apa yang dicontohkan Rasulullah saw. Beliau yang sibuk dengan `urusan-urusan langit dan bumf', masih sempat menggendong Hasan dan Husein, bahkan ketika beliau sedang shalat.
Kedua, mendidik SDM yang terampil dan ikh¬las. Pendidik yang ideal, tidak saja dituntut mengu¬asai ilmu yang diajarkannya, tapi juga karakter¬karakter khusus semisal kedisiplinan, ketekunan, keikhlasan, dll. (Lihat: Box). Ketiga, persoalan pem¬biayaan pendidikan secara maksimal harus dise¬lesaikan oleh umat Islam sendiri, tanpa menunggu bantuan pemerintah. Hal itu bisa ditempuh dengan menumbuhkan semangat umat untuk mengeluar¬kan hartanya untuk kepentingan pendidikan. Semangat untuk berjihad dengan harta harus ditumbuh kembangkan.
Keempat, kerjasama antar elemen umat, tidak boleh berhenti hanya sampai pada pembiayaan, tapi juga pada pengelolaan kebijakan pendidikan secara bersama melalui jalan musyawarah. Hal ini sangat penting guna menumbuhkan rasa kepemilikan umat terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut. Pengelolaan kebijakan hanya oleh segelintir orang, akan membuka celah¬celah penyimpangan akuntabilitas dan arah pendidikan tersebut.
Kelima, menggalakkan publikasi dan pema¬saran. Betapapun bagus dan idealnya sebuah lem¬baga pendidikan, hal itu akan sulit diketahui masya¬rakat, jika tidak dipasarkan dan dipublikasikan. Yang perlu cliperhatilkan bukan hanya sarananya, tapi ma¬teri pemasaran dan publikasi juga harus cerdas menangkap selera umat, sehingga langkah terse-but dapat efektif.
Keenam, tidak hanya berorientasi pada penca¬paian materi. Sebagai hak umat, pendidikan tidak boleh dilakukan semata-mata untuk mengejar profit. Harus ada perhatian khusus dari lembaga tersebut terhadap masyarakat yang kurang mampu. Model pembiayaan kaum aghniya' terhadap kaum fakir miskin, adalah salah satu alternatif.
Keenam, tidak hanya berorientasi pada penca¬paian materi. Sebagai hak umat, pendidikan tidak boleh dilakukan semata-mata untuk mengejar profit. Harus ada perhatian khusus dari lembaga tersebut terhadap masyarakat yang kurang mampu. Model pembiayaan kaum aghniya' terhadap kaum fakir miskin, adalah salah satu alternatif.
Ketujuh, persoalan pendidikan harus menjadi isu politik yang hembusannya kuat. Seperti diusul¬kan oleh Adi Sasono, permasalahan pendidikan nasional harus diangkat dalam wacana politik, agar dapat efktif dalam alokasi anggaran, arah dan ke¬pemihakan. Selama pendidikan tidak menjadi isu kuat, tak akan pernah anggaran pendidikan mem¬peroleh alokasi memadai. Akibatnya, pendidikan justru menindas mereka orang yang jelas-jelas secara finansial tidak mampu. Wallahu a’lam
Oleh : M. Nurkholis RidwanSabili No.22 Th.IX 2 Mei 2002 / 19 Safar 1423